Menghadapi Anak Sakit
Saturday, February 28, 2009
Pernahkah Teman bingung ketika anak sakit harus berbuat apa? Yang paling banyak dilakukan Orangtua mungkin langsung membawanya ke dokter. Lalu apakah jika anak mengalami gejala seperti demam, batuk, pilek juga langsung diperiksa ke dokter? Saya dulu juga seperti itu, bingung harus berbuat apa ketika anak mengalami demam. Dari buku-buku kesehatan yang saya baca jika anak demam sebaiknya dikompres air hangat, dipakaikan pakaian yang tipis dan beri cairan (minuman, ASI) yang banyak. Itu tok' yang saya tahu, tidak tahu suhu demam yang patut diwaspadai dan pada praktiknya tidak semudah seperti yang dibaca pada buku. Apalagi ketika anak demam anak menjadi rewel dan biasanya membuat orangtua seperti saya menjadi panik.
Karena panik badan anak masih juga panas meskipun sudah diberi obat penurun panas akhirnya esok harinya kami memutuskan membawanya ke dokter spesialis anak. Dari rumah saya sudah mewanti-wanti suami agar anak kami tidak diberi antibiotik. Ketika kami mengutarakan keinginan kami agar anak tidak diberi obat yang keras dan tidak diberi antibiotik, apa kata sang dokter "Emang mau dikasih obat apa?". Loh kok malah balik bertanya. Melihat tampang kami yang kebingung tidak bisa menjawab pertanyaanya, sang dokter dengan acuhnya tetap menuliskan resep dan memberikannya kepada kami. Selesai.
Tidak ada informasi apapun yang bisa kami dapatkan dari sang dokter, apa yang harus kami lakukan, pulang dengan membawa tanda tanya besar dan secarik resep yang jelas-jelas tertulis obat jenis antibiotik. Karena pengetahuan kami tentang kesehatan memang minim kami tetap menebus obat yang diresepkan sang dokter itu..dan obat yang diresepkan itu memang ada antibiotiknya berupa sirup. Untungnya saya hanya memberikan sekali kepada anak saya lalu tidak memberikannya lagi -walaupun setelahnya saya merasa bersalah karena telah memberinya antibiotik. Saya hanya mencoba meminumkan obat penurun panas ketika panas tubuhnya meningkat, dan memang dalam waktu hanya lima menit panasnya mulai menurun tapi tidak sampai dua jam panas kembali. Untuknya saya masih berpikir rasional, jika saya terus-menerus memberinya obat penurun panas jika badannya panas maka harus berapa banyak obat yang lagi saya berikan? Saya takut anak saya malah badannya keracunan obat. Akhirnya saya hentikan dan mencoba dengan mengelap badannya dengan air hangat dan mengompresnya juga memberinya ASI. Alhamdulillah meskipun sakit anak saya tetap minum ASI dan justru makin banyak ketika demam. Setelah hampir dua hari demam, ibu saya baru teringat kalau orang dahulu suka meminumkan air kelapa hijau untuk mengobati keracunan. Tidak ada salahnya dicoba untuk anak saya yang saat itu sudah berumur 8 bulan. Kebetulan kami memiliki pohon kelapa hijau di rumah. Ketika dicoba diberikan pada anak saya, dia menyukainya dan meminumnya hampir satu gelas besar.
Alhamdulillah malamnya suhu badannya mulai turun dan banyak berkeringat. Esoknya di sebagian kepala anak keluar ruam-ruam merah seperti campak. Entah karena air kelapa hijau atau memang pertahanan tubuhnya sudah mulai kembali normal.
Memang menjadi orangtua harus terus belajar, bahkan ketika anak sakit itu menjadi pembelajaran bagi orangtua bagaimana menghadapi anak sakit. Bagi saya sendiri yang harus dilakukan ketika anak sakit, pertama berusaha berpikir rasional, tidak panik. Dengan berusaha berpikir jernih kita dapat mengetahui gejala-gejala yang terjadi pada anak kita, apakah sakitnya berat atau sakit yang biasa terjadi akibat perubahan musim seperti flu sehinga kita bisa memutuskan perlu tidaknya ke dokter. Kedua sebagai muslim saya percaya dengan kekuatan doa dan dengan banyak membaca bacaan-bacaan doa yang telah dituntunkan Rasulullah selain membuat kita sebagai orangtua menjadi tenang juga membuat anak ikut tenang. Ketiga menerapkan apa didapat dari buku atau seminar tentang kesehatan, seperti apa yang harus dilakukan untuk sakit seperti demam yaitu mengompres hangat dan memberinya banyak minum. Keempat selama ada substitusi dari tanaman obat keluarga lebih baik diberikan daripada langsung obat kimia yang lebih banyak efek sampingnya. Karena anak masih minum ASI maka lebih mudah lagi. Tanaman obat yang sudah diseduh saya minum, sehingga ASI sudah mengandung obat dari toga (tanaman obat keluarga) tersebut.
Mulai dari kejadian itu saya mulai mencari-cari informasi kesehatan dan kebetulan di Bogor diadakan seminar kesehatan yang diadakan Yayasan Orangtua Peduli (YOP) yaitu Paket Edukasi Kesehatan Anak untuk Orang Tua (PESAT). Banyak sekali ilmu yang saya dapatkan dari seminar setengah hari itu. Mulai dari menghadapi anak yang sakit, tentang layanan kesehatan, imunisasi, tentang antibiotik, menghitung jumlah obat penurun panas yang mesti diberikan kepada anak disesuaikan berat badannya, kapan anak harus dibawa ke dokter , sampai perlu tidaknya anak dibawa ke dokter anak.
Dari seminar itu saya juga tahu kalau demam adalah alarm kondisi tubuh sekaligus pembasmi kuman atau virus penyebab infeksi. Jika anak demam pun kita tidak perlu terburu-buru menurunkannya tergantung kondisi anak. Bila anak demam tapi masih bisa berlari-lari, ceria maka tidak perlu diberikan obat penurun panas. Tapi, jika anak menjadi lesu, rewel maka bisa digunakan parasetamol itupun dengan takaran yang sesuai dengan berat badannya.
Pada seminar itu juga dijelaskan kalau anak batuk, pilek karena flu atau salesma ternyata tidak perlu ke dokter dan obat. Apalagi penyakit-penyakit tersebut disebabkan virus yang tidak dapat disembuhkan dengan antibiotik. Yang dibutuhkan adalah istirahat yang cukup, perbanyak cairan, banyak makan makanan bergizi dan diberikan makanan yang menghangatkan seperti sup.
Tahun ini YOP akan mengadakan seminar PESAT Bogor kembali, tentunya dengan topik-topik yang lebih menarik dan informatif. Bagi orangtua yang tinggal di Bogor ayo kita ikut seminar PESAT ini agar lebih siap menghadapi anak dalam keadaan apapun.. Menjadi Orangtua memang harus terus belajar sampai kapanpun.. karena belajar merupakan salah satu bentuk cinta kita untuk anak..:)
Read more...
Karena panik badan anak masih juga panas meskipun sudah diberi obat penurun panas akhirnya esok harinya kami memutuskan membawanya ke dokter spesialis anak. Dari rumah saya sudah mewanti-wanti suami agar anak kami tidak diberi antibiotik. Ketika kami mengutarakan keinginan kami agar anak tidak diberi obat yang keras dan tidak diberi antibiotik, apa kata sang dokter "Emang mau dikasih obat apa?". Loh kok malah balik bertanya. Melihat tampang kami yang kebingung tidak bisa menjawab pertanyaanya, sang dokter dengan acuhnya tetap menuliskan resep dan memberikannya kepada kami. Selesai.
Tidak ada informasi apapun yang bisa kami dapatkan dari sang dokter, apa yang harus kami lakukan, pulang dengan membawa tanda tanya besar dan secarik resep yang jelas-jelas tertulis obat jenis antibiotik. Karena pengetahuan kami tentang kesehatan memang minim kami tetap menebus obat yang diresepkan sang dokter itu..dan obat yang diresepkan itu memang ada antibiotiknya berupa sirup. Untungnya saya hanya memberikan sekali kepada anak saya lalu tidak memberikannya lagi -walaupun setelahnya saya merasa bersalah karena telah memberinya antibiotik. Saya hanya mencoba meminumkan obat penurun panas ketika panas tubuhnya meningkat, dan memang dalam waktu hanya lima menit panasnya mulai menurun tapi tidak sampai dua jam panas kembali. Untuknya saya masih berpikir rasional, jika saya terus-menerus memberinya obat penurun panas jika badannya panas maka harus berapa banyak obat yang lagi saya berikan? Saya takut anak saya malah badannya keracunan obat. Akhirnya saya hentikan dan mencoba dengan mengelap badannya dengan air hangat dan mengompresnya juga memberinya ASI. Alhamdulillah meskipun sakit anak saya tetap minum ASI dan justru makin banyak ketika demam. Setelah hampir dua hari demam, ibu saya baru teringat kalau orang dahulu suka meminumkan air kelapa hijau untuk mengobati keracunan. Tidak ada salahnya dicoba untuk anak saya yang saat itu sudah berumur 8 bulan. Kebetulan kami memiliki pohon kelapa hijau di rumah. Ketika dicoba diberikan pada anak saya, dia menyukainya dan meminumnya hampir satu gelas besar.
Alhamdulillah malamnya suhu badannya mulai turun dan banyak berkeringat. Esoknya di sebagian kepala anak keluar ruam-ruam merah seperti campak. Entah karena air kelapa hijau atau memang pertahanan tubuhnya sudah mulai kembali normal.
Memang menjadi orangtua harus terus belajar, bahkan ketika anak sakit itu menjadi pembelajaran bagi orangtua bagaimana menghadapi anak sakit. Bagi saya sendiri yang harus dilakukan ketika anak sakit, pertama berusaha berpikir rasional, tidak panik. Dengan berusaha berpikir jernih kita dapat mengetahui gejala-gejala yang terjadi pada anak kita, apakah sakitnya berat atau sakit yang biasa terjadi akibat perubahan musim seperti flu sehinga kita bisa memutuskan perlu tidaknya ke dokter. Kedua sebagai muslim saya percaya dengan kekuatan doa dan dengan banyak membaca bacaan-bacaan doa yang telah dituntunkan Rasulullah selain membuat kita sebagai orangtua menjadi tenang juga membuat anak ikut tenang. Ketiga menerapkan apa didapat dari buku atau seminar tentang kesehatan, seperti apa yang harus dilakukan untuk sakit seperti demam yaitu mengompres hangat dan memberinya banyak minum. Keempat selama ada substitusi dari tanaman obat keluarga lebih baik diberikan daripada langsung obat kimia yang lebih banyak efek sampingnya. Karena anak masih minum ASI maka lebih mudah lagi. Tanaman obat yang sudah diseduh saya minum, sehingga ASI sudah mengandung obat dari toga (tanaman obat keluarga) tersebut.
Mulai dari kejadian itu saya mulai mencari-cari informasi kesehatan dan kebetulan di Bogor diadakan seminar kesehatan yang diadakan Yayasan Orangtua Peduli (YOP) yaitu Paket Edukasi Kesehatan Anak untuk Orang Tua (PESAT). Banyak sekali ilmu yang saya dapatkan dari seminar setengah hari itu. Mulai dari menghadapi anak yang sakit, tentang layanan kesehatan, imunisasi, tentang antibiotik, menghitung jumlah obat penurun panas yang mesti diberikan kepada anak disesuaikan berat badannya, kapan anak harus dibawa ke dokter , sampai perlu tidaknya anak dibawa ke dokter anak.
Dari seminar itu saya juga tahu kalau demam adalah alarm kondisi tubuh sekaligus pembasmi kuman atau virus penyebab infeksi. Jika anak demam pun kita tidak perlu terburu-buru menurunkannya tergantung kondisi anak. Bila anak demam tapi masih bisa berlari-lari, ceria maka tidak perlu diberikan obat penurun panas. Tapi, jika anak menjadi lesu, rewel maka bisa digunakan parasetamol itupun dengan takaran yang sesuai dengan berat badannya.
Pada seminar itu juga dijelaskan kalau anak batuk, pilek karena flu atau salesma ternyata tidak perlu ke dokter dan obat. Apalagi penyakit-penyakit tersebut disebabkan virus yang tidak dapat disembuhkan dengan antibiotik. Yang dibutuhkan adalah istirahat yang cukup, perbanyak cairan, banyak makan makanan bergizi dan diberikan makanan yang menghangatkan seperti sup.
Tahun ini YOP akan mengadakan seminar PESAT Bogor kembali, tentunya dengan topik-topik yang lebih menarik dan informatif. Bagi orangtua yang tinggal di Bogor ayo kita ikut seminar PESAT ini agar lebih siap menghadapi anak dalam keadaan apapun.. Menjadi Orangtua memang harus terus belajar sampai kapanpun.. karena belajar merupakan salah satu bentuk cinta kita untuk anak..:)